Rabu, 15 Maret 2017

DAFTAR ISI
Daftar isi …………………………..................…… i
BAB I ( Pendahuluan )
A.    Latar belakang ………………………………………………..1
B.     Rumusan Masalah …………………………………………....1
C.     Tujuan ………………………………………………………..1
BAB II ( Pembahasan )
A.    Pengertian Takabur ………………………………………….2-3
B.     Dalil-dalil Takabur …………………………………………3-4
C.     Macam-macam sifat Takabur ……………………………..5-6
D.    Penyebab Takabur …………………....……………………6-8
E.     Akibat Takabur …………………….……………………..9-10
F.     Cara mengindar sifat Takabur …………………………….10
BAB III ( penutup )
A.    Kesimpulan ………………………………………………..11
B.     Saran ……………………………………………………….11
BAB IV
A.    Analisis permasalahan ……………………………………….12
B.     Solusi …………………………………………………………13
  
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sebagai bekal yang lebih mendalam agar kita terdorong untuk selalu menghindari sifat sombong (takabur), simaklah pembahasan berikut ini! Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk yang sebaik-baiknya, bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain di dunia ini, manusia merupakan makhluk yang paling baik bentuknya dan paling sempurna karena mempunyai akal.
Bila dibandingkan antara sesama manusia sendiri, maka di antara mereka ada kelebihan dan ada kekurangannya. Tidak ada manusia yang paling sempurna bila dibandingkan dengan yang lain. Oleh karenanya Allah SWT melarang manusia berlaku sombong karena di balik kelebihan yang dimiliki, dia juga mempunyai kekurangan. Apalagi kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian Allah SWT. Jadi, tidak ada alasan untuk seseorang berbuat sombong
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas adalah sebagai berikut:
1.     Apakah yang dimaksud dengan Takabur?
2.      Bagaimana Dalil-dalil tentang Takabur?
3.     Apakah Penyebab dari Takabur?
4.      Bagaimana Akibat dari Takabur?
C.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.     Untuk menjelaskan Pengertian Takabur.
2.      Untuk menjelaskan Dalil-dalil tentang Takabur.
3.     Untuk menjelaskan macam-macam Takabur
4.     Untuk menjelaskan Penyebab dari Takabur.
5.     Untuk menjelaskan Akibat dari Takabur
6.     Untuk memenuhi tugas Akidah Ahlak.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggaan bahwa hanya dirinya beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur semakna dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan. Takabur termasuk termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari.[1]
Dijelaskan dalam firman Allah SWT :                
إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS..Al-Nahl [16]:23).
Di sisi yang lain disadari atau tidak, terkadang seseorang menampakkan sikap angkuh dan takaburnya. Apabila sikap takabur ini hanya dilakukan sesekali, barangkali orang yang di sekelilingnya belum memberikan predikat sebagai orang yang takabur. Predikat takabur ini biasanya baru diberikan ketika perbuatan takabur itu berulang-ulang kali dilakukan dan ditampakkannya, baik berupa sikap, perkataan, maupun cara bertingkah laku. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindarkan diri dari sifat dan perilaku sombong ini. Teladan seorang muslim adalah Rasulullah SAW.
Beliau adalah sosok manusia yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tidak pernah sedikitpun merasa lebih. Bahkan para pengikutnya pun dipanggilnya dengan sebutan “sahabat”. Sebutan sahabat ini mempuyai makna tersirat yakni kesetaraan. Jadi, Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari para pengikutnya yang disebutnya dengan sahabat itu.
Note : Dari pengertian di atas penulis menjelaskan perbedaan Takabur dengan Sombong ialah sombong itu adalah membangggakan dirinya dengan sekali saja sedangkan takabur ialah membangakan dirinya secara terus-menerus.

B.     Dalil-Dalil Tentang Takabur
-          QS.Mukmin [40]:60
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS.Mukmin [40]:60)
-          QS.Al-Isra’([17]:37

وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
Artinya:Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung (QS.Al-Isra’([17]:37)
-           QS.Luqman ([31]:18
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya:Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.  (QS.Luqman ([31]:18)

-          Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ
 إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
Artinya:“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan).”
[HR. Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no 2492; Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151]
 :عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَّلَم
 .لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
.قَفَالَ رَجُلٌإِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً
 .قَالَإِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya: Dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Tidak akan masuk surga orang-orang yang di dalam hatinya ada kesombongan, walaupun sekecil biji dzarah”. Kemudian berkata seorang laki-laki: ”Sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan sandalnya bagus.” (maksud lelaki ini mempertanyakan apakah yang demikian termasuk sombong). Maka bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Indah dan mencintai keindahan. Yang sombong itu adalah menentang kebenaran serta merendahkan manusia.” (Dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim Rahimahullahu Ta’ala).



C.     Macam-macam sifat takabur
 Takabur dari segi objek atau sasaranya terbagi menjadi tiga macam, yaitu
1.            Takabbur kepada Allah
Inilah bentuk takabbur terburuk, seperti yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya. (QS. 40 : 60 dan 25 : 60).
2.             Takabbur kepada Rasul
Yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya sebagai manusia biasa (QS. 23:34, 36:15). Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami bisa duduk di sisimu hai Muhammad, sementara yang ada di sekitarmu orang-orang faqir”
3.            Takabur atas sesama manusia
Yaitu dengan membanggakan diri dan meremehkan orang lain. Takabbur ini meskipun tidak seberat yang pertama dan kedua, namun masih sangat berbahaya karena :
·         Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.
·         Ketika seseorang takabbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.
Menurut pandangan tersebut di atas, secara umum takabur dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1)      Takabur Batini ( Takabur dalam sikap )
Takabur batini atau batin adalah sifat takabur yang tertanam dalam hati seseorang sehingga tidak tampak secara lahir/fisik, seperti seseorang yang mengingkari kebenaran yang datang dari Allah swt. padahal dia mengetahui kebenaran tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang termasuk golongan takabur batin memiliki sikap, antara lain enggan minta tolong kepada orang lain meskipun ia membutuhkan serta tidak mau berdoa untuk memohon pertolongan Allah swt. padahal semua persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan sendiri tanpa pertolongan-Nya. Allah STW. berfirman :
“Kuperkenankan (Kukabulkan) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mukmin : 60).
2)      Takabur Zahiri ( Takabur dalam Perbuatan )
Takabur zahiri adalah sifat takabur yang dapat dilihat langsung dengan panca indra, seperti dalam bentuk ucapan dan gerakan anggota tubuh. Contohnya, riya, angkuh, dan memalingkan muka terhadap orang lain. Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang memalingkan muka (sombong) sebagaimana terdapat dalam Surah Luqman Ayat 18 berikut :
Artinya : “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18)
D.    Penyebab Takabur
Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dantidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini memiliki sifat kesempurnaan.[2] Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu dan amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan,harta kekayaan dan banyaknya pendukung.
1.     Ilmu pengetahuan
Seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya., merasakan kesempurnaan dan keindahan ilmu yang di milikinya dan merendahkan orang lain. Ia menganggap paling mulia dari pada orang lain, ia terlalu merasa lebih mulia untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, ini menyangkut urusan dunia. Sedangkan menyangkut perkara akhirat, maka kesombongan adalah dengan memandang dirinya lebih tinggi dan lebih utama di sisi Allah dari pada orang lain. Sehingga mereka sering menghawatirkan orang lain dari pada menghawatirkan diri mereka sendiri. Orang ini lebih tepat di sebut orang bodoh dari pada orang berilmu, bahkan ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkan manusia dengan Tuhan.
Seseorang bertambah ilmu tetapi bertambah pula kesombongannya, hal ini karena mereka menekuni ilmu tetapi bukan ilmu yang hakiki. Serta mereka menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang buruk dan akhlak yang tidak baik. Tidak memperhatikan jiwanya dan memperhatikan batinnya.
2.     Amal dan ibadah
Orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak lepas dari nistanya kesombongan, kepongahan dan tindakan yang memikat hati manusia. Kesombongan itu menyelinap di dalam diri mereka baik menyangkut urusan dunia dan akhirat. Dalam urusan dunia, ia memandang orang lainlebih patut untuk menziarahi dirinya dari pada ia menziarahi orang lain. Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan dirinya yang selamat. Padahal dengan pandangannya tersebut justru memastikan dirinya lah yang binasa.
3.      Nasab keturunan
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap hina orang yang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun lebih tinggi ilmu da amalnya. Kadang kadang, sebagian dari mereka menyombongkan diri dan menganggap orang lain sebagai pengikut. Sehingga mengakibatkan ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Akibatnya dalam lisan ialah membanggakan nasab keturunannya.ini merupakan hal yang sangat mengakar dalam jiwa, tidak dapat terlepas darinya orang yang berketurunan mulia, sekalipun ia orang yang shalih atau berakal sehat. Hanya saja hal itu tidak mengimbas kepadanya jika tetap dalam kondisi yang baik. Jika emosi telah mendominasinya maka hal itu akan memadamkan cahaya bashirah-nya dan mengimbas kepadanya.
Rasulullah saw bersabda :
Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka jahanam atau (jika tidak) mereka akan menjai lebih hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan kotoran.”[3]
4.      Kecantikan/ketampanan (Al-jamal)
Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita dan menimbulkan cacian, gunjingan dan menyebabkan aib aib orang. Diantaranya, apa yang diriwayatkan dari Aisyah ra dalam sebuah hadist “ada seorang wanita mau menemui nabi Muhammad saw, lalu aku berkata dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu ia nabi saw bersabda “kamu sungguh telah menggunjingnya” pangkal timbulnuya hal ini adalah terselubungnya kesombongan, karena seandainya aisyah juga pendek niscaya ia tak kan menyebutnya pendek. Seolah-olah aisyah ujub dengan postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita itu dibandingkan dengan dirinya, lalu ia mengatakan apa yang telah di katakannya.
5.     Harta kekayaan ( al-maal)
Hal ini biasanya di kalangan raja yang membanggakan harta simpanan mereka, para saudagar yang membanggakan barang dagangannya, para tuan tanah yang membangga banggakan tanah mereka, atau para pesolek yang membanggakan pakaian, kuda dan kendaraan mereka. Sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan menyombongkan diri.
Secara umum, segala nikmat yang bisa di yakini sebagai kesempurnaan menimbulkan kesombongan. Demikian pula orang yang fasiq, terkadang ia membanggakan dirinya dengan dengan hal hal buruk, seperti minum khamer dan berbuat mesum dengan para wanita.Menyombongkan diri dengan perbuatan perbuatan keji ini karena ia mengira bahwa hal tersebut merupakan kesempurnaan, sekalipun salah. Itulah hal hal yang secara umum di pakai para hamba untuk menyombongkan diri atas orang orang yang tidak memilikinya atau atas orang orang yang memiliki tapi menurut anggapannya masih di bawah tingkatannya.
6.     Kekuatan (Al Quwwah)
Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7.     pengikut/pendukung (Al Atba’)
Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru menjadi takabbur karena merasa banyak muridnya. Seorang pejabat menjadi takabbur karena banyak pengikutnya, dst.

E.     Akibat Takabur
Diantara sebab timbulnya rasa takabur adalah melupakan akan akibat buruknya.[4]
Akibat Buruk dari Takabbur:
1.     Terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap sesuatu.
Hal ini disebabkan orang yang takabur merasa lebih tinggi dari hamba-hamba Allah yang lain. Maka secara sadar atau tidak sadar ia telah melampaui batas hingga menempati kedudukan Illahi. Orangseperti ini sudah barang tentu akan terkena sangsi dan sangsi atau hukuman yang pertama ialah terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap sesuatu. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Dan betapa banyak tanda-tanda di langit dan dibumi yang mereka lewati, tapimereka berpaling dari padanya." (Yusuf : 105)
2.       Kegoncangan Jiwa
Orang yang takabur dan merasa lebih tinggi dari pada orang lain, berkeinginan agar orang lain menundukkan kepala kepadanya. Tetapi harga diri manusia sudah barang tentu tidak mau berbuat demikian dan memang pada dasarnya mereka tidak disiapkan untuk hal itu. Karena keengganan orang lain untuk menundukkan diri kepadanya, berarti ia gagal memasuki keinginannya. Maka sebagai akibatnya timbullah kegoncangan dalam jiwanya. Allah berfirman yang artinya :
"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang  sempit." (Thaha : 124)
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, Tuhan akan memberinya siksaan yang berat" (Al-Jin : 17)
3.     Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan
Hal ini disebabkan orang yang sombong mengira dirinya telah sempurna dalam segala hal, maka iatidak mau intropeksi diri
 sehingga ia tidak mau menerima nasehat, pengarahan dan bimbingan dari orang lain.Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah meliputi oleh dosanya,mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah : 81 )
4.     Terhalang untuk masuk Surga
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat dzarrah dari takabbur…" (HR Muslim)
Note : Cara menghindarkan takabur dari sifat tercela yaitu merendahkan diri, dan .      Mendekatkan seseorang untuk berbuat dosa
5.      Tidak percaya adanya hari pembalasan.
6.         Dibenci oleh Allah SWT, serta dikucilkan masyarakat.
7.         Ingkar kepada kebenaran
8.     selalu ingat kepada allah SWT
F.     Cara Menghidari Sifat Takabur
Sebagai umat Islam yang beriman, kita harus berusaha menjauhi sifat takabur agar tidak tertanam dalam hati kita. Berikut ini cara-cara menghindari sikap dan  perilaku takabur :
1.     Selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
2.     Senantiasa mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.
3.     Beramal dengan ikhlas hanya karena Allah bukan karena mengharpkan pujian manusia.
4.     Menghormati orang lain dan menghargai pendapatnya.
5.      Memahami dan menyadari tentang bahaya takabur, baik bahayanya di dunia maupun bahaya di akhirat nanti.
6.      Menerima setiap nikmat maupun kelebihan yang dimiliki semata-mata karena karunia Allah SWT.
7.     Selalu mensyukuri nikmat Allah.
8.     Menyadari bahwa asal kejadian semua manusia adalah sama.
9.     Berusaha untuk dapat bergaul dengan siapa saja denga baik, tanpa membeda-bedakannya.
10.                        Menjauhi perbuatan sia-sia atau maksiat
11.                        Mencontoh kepribadian rasulullah saw.
12.                        Menyadari kekurangan diri
           BAB III
penutup
A.       KESIMPULAN
Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggaan bahwa hanya dirinya beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur semakna dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Takabur termasuk termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari.
Dijelaskan dalam firman Allah SWT :
إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS..Al-Nahl [16]:23).
Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dantidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini memiliki sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu dan amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan,harta kekayaan dan banyaknya pendukung.
B.         SARAN
Dari pembahasan yang telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah kita mempelajari pelajaran mengenai sifat tercela. Penulis menyarankan agar kita tidak bersikap takabur walau kita memiliki kelebihan baik lahir maupun batin. Seseungguhnya takabur adalah sifat tercela . Namun kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan tujuan tidak untuk menyombongkan diri di atas bumi melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapun yang kita lakukan di muka bumi ini semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.
janganlah kalian takabur dengan apa yang telah anda punya karena pepatah bilang di atas langit masih ada langit, jadi jangan sekali kali kalian takabur.

BAB IV

A.    ANALISIS PERMASALAHAN
Sifat kekaguman dan membangga-banggakan diri dapat menimbulkan kesombongan dan keangkuhan terhadap orang lain. Sifat ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat mencelakakan dan sulit dihindari. Dalam al-Qur’an sudah tertera larangan dan ancaman serta bahaya yang akan ditimbulkan dari sifat takabur ini. Jika seseorang sudah melekat pada sifat ini, maka segeralah mungkin untuk mengobatinya dan menghindarinya, karena sifat ini sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta merugikan di dunia dan di akhirat.
Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan. Seperti halnya dalam ilmu pengetahuan sebagaimana dalam contoh kegiatan belajar peserta didik di sekolah. Sifat takabur muncul tanpa disadari oleh peserta didik. Misalnya pada peserta didik bernama A. Ketika si A mendapatkan nilai yang tinggi diantara teman-temannya. Si A berprilaku takbur kepada teman-temannya yang mendapat nilai rendah. Prilaku tersebut membuat peserta didik yang lain menjadi jengkel dan menghindari si A. Walaupun sudah dihindari si A tetap saja mengulangi sifat takaburnya tersebut ketika dia mendapatkan nilai tinggi. Tidak hanya sekedar sombong akan nilainya, bahkan si A merasa dirinya paling cerdas dikelasnya dan ia menganggap orang disekelilingnya bahkan gurunya memiliki kemampuan di bawah si A. Dalam proses belajar ketika seorang guru yang sedang mengajar, dia tidak menanggapi apa yang diajarkan oleh gurunya bahkan dia suka mengkritik gurunya. Sikap si A yang seperti ini selalu ditunjukan secara terus menerus dalam belajar di kelas. Dia merasa dirinya memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan mudah memahami semua mata pelajaran tanpa dia mendengarkan penjelasan dari gurunya. Akibat dari ketakaburannya ia dijauhi oleh temannya dan mendapatkan pandangan buruk dari gurunya. Suatu ketika salah satu seorang guru mengadakan ulangan harian di kelasnya yaitu mata pelajaran matematika, karena merasa bisa si A mengerjakannya penuh percaya diri dengan menggunakan pemahamannya dan tidak menggunakan rumus-rumus yang diberikan oleh si guru matematikanya. Pada saat guru mengoreksi hasilnya mengejutkan si A yang takabur yang merasa dirinya mampu dalam segala mata pelajaran, ternyata jawaban si A salah semua, karena mengerjakan tidak sesuai dengan rumus. Dan teman-temanya yang lain mengerjakan sesuai rumus sehingga mendapatkan nilai yang cukup memuaskan dibandingkan si A. Teman-temannya pun mengetahui hal tersebut sehingga mereka membalas ketakaburan si A sewaktu itu dengan memamerkan nilai mereka. Dari kejadian tersebut dia merasa malu dan hilang kepercayaan dirinya. Melihat perubahan sikap si A yang cenderung tertutup . melihat kejadian seperti itu pendidik memberikan motivasi si A agar dia dapat merubah sikapnya dan menghilangkan sifat takaburnya. Dia tidak boleh menyombongkan diri dan walau bagaimanapun harus menghargai guru yang mengajarinya. Dan ketika dia paham terhadap pelajaran dia tidak boleh sombong dan harus mengajari temannya yang belum paham.

B.     SOLUSI
Berdasarkan analisis diatas dapat di simpulkan :
-          Sebagai pendidik kita harus dapat memahami karakter masing-masing peserta didik. Sehingga peserta didik yang baru mulai muncul sifat takaburnya itu harus dicegah sebelum ia benar-benar menjadi orang yang takabur.
-          Bagi peserta didik yang lain diharapkan suatu ketika dia mendapatkan nilai tinggi dia tidak menyontoh perilaku sifat takabur si A.
-          Dalam konteks akidah akhlak kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan tujuan tidak untuk menyombongkan diri di atas bumi melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapun yang kita lakukan di muka bumi ini semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.